Prosa Fiksi dan Strukturnya
Nama : Nizoey Auzi’ni
NIM : 22016136
Mata Kuliah : Pengantar Pengkajian
Kesusastraan
Dosen Pengampu : Dr. Abdurahman, M.Pd.
PROSA FIKSI DAN STRUKTURNYA
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Cerita fiksi merupakan suatu ciptaan imajinatif dari seorang pengarang dengan menggunakan media bahasa untuk menyampaikan sesuatu kepada pembacanya. Melalui karya sastra, pengarang dapat mengungkapkan perasaan, ide, dan segala permasalahan hidup dan kehidupan manusia. Dalam menciptakan suatu karya sastra, pengarang mengungkapkan fenomena-fenomena kejiwaan melalui perilaku para tokoh. Perilaku tersebut akan mengarahkan pada suatu karakter tokoh yang dibentuk oleh pengarang dalam menyampaikan ide cerita. Kemampuan pengarang dalam mendeskripsikan karakter tokoh cerita yang diciptakan sesuai dengan tuntutan cerita dapat digunakan sebagai indikator kekuatan sebuah cerita fiksi salah satunya adalah novel.
2. Rumusan Masalah
1. Apa unsur-unsur intrinsik fiksi
2. Khusus fakta cerita
3. Sarana cerita dan tema
4. Struktur Cerita Fiksi
5. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa unsur-unsur intrinsik cerita fiksi
2. Untuk mengetahui fakta dalam cerita fiksi
3. Untuk mengetahui sarana cerita fiksi
4. Untuk mengetahui struktur cerita fiksi
B. Pembahasan
1. Unsur-unsur Intrinsik Cerita Fiksi
Cerita fiksi adalah cerita yang bersifat rekaan dan imajinatif penulisnya saja serta tidak terjadi sungguhan. Pembaca pun sudah tahu bahwa tulisan tersebut hanya hayalan dan tidak benar, karena sifatnya fiktif.
Defenisi cerita fiksi menurut beberapa ahli, yaitu:
a. Krismarsanti
Krismarsanti mengartikan bahwa cerita fiksi merupakan karangan yang mengisahkan cerita berdasarkan khayalan dan proses imajinasi si pengarang.
b. Thani Ahmad
Berbeda menurut Thani Ahmad yang menafsirkan sebagai cerita narasi, dimana penulis menuliskan proses imajinatifnya tanpa memperdulikan fakta dan sejarah yang sebenarnya.
c. Henry Guntur Tarigan
Lain lagi menurut Henry Guntur Tarigan, yang menegaskan bahwa cerita fiksi sebagai karya sastra yang juga dihasilkan dari hasil imajinasi penulis.
d. Semi
Semi juga mengartikan bahwa cerita fiksi sebagai jenis narasi literer dan berupa cerita rekaan penulis tanpa mempedulikan realitas kehidupan yang terjadi.
Unsur intrinsik adalah unsur pembangun dari dalam cerita. Unsur intrinsik adalah unsur penting yang tidak boleh dilewatkan dalam karya sastra. Komponen-komponennya terdiri dari tema, tokoh atau penokohan, alur cerita, latar, gaya bahasa, sudut pandang, dan amanat.
a. Tema
Tema merupakan ide dasar cerita, yang melatarbelakangi keseluruhan isi dalam cerita fiksi. Dalam cerita, biasanya tema jarang dituliskan secara tersurat oleh pengarangnya. Tema memiliki sifat umum, oleh karena itu tema banyak diambil dari lingkungan sekitar, kisah pribadi seseorang, sejarah, dan lain-lain.
b. Tokoh dan Penokohan
Tokoh merupakan orang yang berperan dalam cerita. Sedangkan, pengertian penokohan adalah teknik atau cara pengarang dalam menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh dalam cerita. Penokohan tokoh dalam cerita biasanya terbagi menjadi tiga karakter, yakni protagonis (baik), antagonis (kurang baik/ buruk), dan tritagonis (netral).
c. Alur (Plot)
Alur adalah jalan pola pengembangan atau rangkaian peristiwa yang terjadi dalam cerita. Adanya alur menjadikan cerita akan menjadi kesatuan yang utuh. Pola pengembangan suatu cerita haruslah menarik, sehingga pembaca dapat terdorong untuk membaca cerita sampai akhir.
d. Latar
Latar atau setting dalam suatu certita meliputi tempat, waktu, dan peristiwa. Latar digunakan untuk memperkuat keyakinan pembaca terhadap jalanya suatu cerita. Latar dalam suatu cerita bisa bersifat faktual, maupun imajinatif.
e. Gaya Bahasa
Penggunaan gaya bahasa adalah cara mengungkapkan perasaan atau pikiran dengan tujuan memberikan efek pada para pembacanya. Selain itu, gaya bahasa juga digunakan dalam menciptakan suatu nada, dan suasana persuasif, serta dialog supaya mampu memperlihatkan interaksi sekaligus hubungan antar tokoh. Gaya bahasa disebut dengan majas. Banyak sekali macam-macam majas, contohnya adalah majas alegori, hiperbola, personifikasi, dan lain sebagainya.
f. Sudut Pandang
Sudut pandang adala ciri khas atau strategi yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan cerita. Sudat pandang terdiri dari orang pertama, kedua, dan ketiga. Tidak menutup kemungkinan juga, pengarang menggunakan sudut pandang orang yang berada di luar cerita.
g. Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembacanya. Umumnya, amanat dalam cerita bersifat tersirat. Misalnya, tema cerita tentang perjuangan pahlawan akan berisi amanat tentang menumbuhkan sifat pantang menyerah, dan semangat mempertahankan kemerdekaan.
Unsur ekstrinsik merupakan unsur yang berasal dari luar cerita, teridiri atas :
a. Latar Belakang Penulis, yaitu kehidupan nyata penulisnya seperti biografi, pengalamannya, kondisi psikologis, dan aliran sastra si penulis.
b. Latar Belakang Masyarakat, yaitu kondisi lingkungan masyarakat tempat penulis berada.
c. Nilai atau norma di masyarakat, yaitu keyakinan, peraturan, norma yang berlaku di masyarakat tempat penulis seperti nilai agama, sosial, moral, budaya.
2. Fakta dalam Cerita Fiksi
Karakter, alur dan latar merupakan fakta-fakta cerita. Elemen-elemen ini berfungsi sebagai catatan kejadian imajinatif dari sebuah cerita. Jika dirangkum menjadi satu, semua elemen ini dinamakan “struktur faktual” atau “tingkatan faktual” cerita. Struktur faktual merupakan salah satu aspek cerita. Struktur faktual adalah cerita yang disorot dari satu sudut pandang (Stanton, 2012: 22).
3. Sarana Cerita Fiksi
Sarana cerita merupakan unsur-unsur yang terdapat dalam rangkaian cerita. Unsur tersebut menjadikan sebuah peristiwa di dalamnya menjadi menarik. Unsur yang terdapat dalam sarana cerita yakni sebuah rangkaian peristiwa yang disebut dengan pengisahan dan suasana dalam cerita. Sarana cerita adalah cara-cara pengarang memilih dan mengatur butir-butir cerita sehingga tercipta bentuk-bentuk yang sanggup mendukung makna (Staton dalam Pradopo dkk., 1985: 23). Sarana cerita pada dasarnya merangkum judul, pusat pengisahan, simbol, ironi, humor, suasana, dan gaya (Pradopo dkk., 1985: 23).
a. Judul
Judul merupakan gambaran dari makna jalannya cerita. Judul biasa digunakan sebagai titik tumpu dari rangkaian peristiwa dari suatu cerita. Kesuaian judul sangat diperlukan dalam menjabarkan dari serangkaian gejala dan sikap pada suatu cerita. Oleh sebab itu judul harus selaras dan dapat dideskripsikan dalam keseluruhan isi cerita.
b. Pusat Pengisahan
Pengisahan biasa disebut dengan sudut pandang. Dalam pusat pengisahan dijelaskan bahwa posisi pengarang yang terdapat pada sebuah karya sastra. Posisi pengarang sangat menentukan bagaimana jalannya cerita tersebut. Rene Wellek dan Austin Warren (dalam Pradopo dkk., 1985: 24), mengemukakan bahwa pusat pengisahan terbagi menjadi dua hal.
1) Ich-Erzahlung, orang pertama dengan gaya aku. Dengan demikian, gaya ini mirip dengan gayaauthor participant S. Tasrif.
2) Author omniscient, orang ketiga yang kedudukan pengarangnya serba tahu. Bentuk orang ketiga ini oleh Wellek dan Warren dibagi menjadi:
a) Romantik-ironik. Dalam bentuk ini, pengarang dengan sengaja menonjolkan peranannya sehingga para tokoh hanya merupakan bayangan-bayangan pengarangnya atau sebagai boneka.
b) Objective atau dramatic/artistic. Di sini pengarang bercerita apa adanya menurut penglihatan dan pendengarannya. Jadi, ia berlaku seperti wartawan. Pelaku-pelaku dibiarkan bergerak secara bebas, dinamis, dan dramatis melalui tingkah dan perilaku serta cakapan.
c. Simbol
Simbol merupakan sebuah lambang atau tanda yang digunakan oleh seseorang untuk menandakan sesuatu. Dalam suatu karya sastra khususnya cerpen, simbol yang digunakan dapat dicermikan pada penggunaan tokoh pelaku dalam cerita dan latar (tempat, waktu, sosial) yang digunakan dalam sebuah cerita.
d. Ironi
Ironi merupakan gaya bahasa yang digunakan pengarang untuk menciptakan suasana karyanya menjadi lebih hidup. Makna fungsi ironi dalam dunia kritik sastra masih bertumpu pada makna dasarnya yang tersembunyi atau perbedaan antara yang diekspresikan dengan yang telah terjadi dalam arti yang sebenarnya (Abrams dalam Pradopo dkk., 1985: 26). Ironi dapat menimbulkan daya pikat dan humor, memperkuat alur, menjelaskan sikap penulis, bahkan secara tidak langsung juga menyatakan suatu tema (betapapun tersamarnya).
Ironi terbagi menjadi dua bagian besar yaitu ironi verba (ironic tone) dan ironi dramatik (dramatic irony. Ironi dramatik ialah ironi alur atau situasi. Ironi dramatik dapat dilihat dari dua sudut. Pertama, ironi dramatik berkaiatan dengan alur cerita saja. Kedua ironi dramatik yang setiap strukturnya memiliki hubungan tematik (Pradopo dkk., 1985: 169).Adapun, ironi verba ialah ucapan-ucapan yang bersifat kebalikan dari kenyataan (Pradopo dkk., 1985: 169). Metode pusat pengisahan orang pertama “serta” lah yang paling utama membawakan atau menyampaikan ironi-ironi verba (Stanton dalam Pradopo dkk., 1985: 169).
e. Humor
Humor adalah cara melahirkan sesuatu pikiran, baik dengan kata-kata (verbal) maupun dengan jalan lain yang melukiskan suatu ajakan untuk menimbulkan simpati dan hiburan (Ensiklopedia Umum dalam Pradopo dkk., 1985: 27). Selain itu, humor adalah salah satu sarana cerita yang dapat berwujud kata, frasa, bentuk lahir dan sikap tokoh, atau suasana cerita yang lucu dan menimbulkan tawa (Pradopo, 1985: 27). Adapun, bentuk-bentuk humor ialah dapat berupa pantun atau teka-teki, ada kalanya terwujud dalam percakapan, dan ada pula yang terwujud dala sebuah cerita yang humoristis (Pradopo, 1985: 175).
f. Suasana dan Gaya
Gaya diartikan dalam bahasa Inggris style dan dalam bahasa latin stillus, yang mengandung arti leksikal ‘alat untuk menulis’. Dalam istilah sastra, gaya mengandung pengertian cara seseorang pengarang menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca (Aminuddin dalam Priyatni, 2010: 114). Selain itu, gaya sebagai cara khas yang dipakai pengarang untuk mengungkapkan dan meninjau persoalan (Jakob Subardjo, 1984: 62).
4. Struktur Cerita Fiksi
a. Abstrak
Pertama, abstrak yang merupakan cerita singkat dari keseluruhan isi cerita fiksi. Sebenarnya di bagian ini ada yang dibolehkan dan ada pula yang tidak dibolehkan.
b. Orientasi
Struktur kedua adalah orientasi. Di orientasi inilah penulis bisa membuat latar belakang tema, menentukan tokoh dan menjelaskan cerita fiksi dalam sebuah tulisan.
c. Komplikasi
Struktur ketiga adalah komplikasi, yang berisikan permasalahan atau konflik yang dialami oleh sang tokoh.
d. Evaluasi
Keempat, evaluasi yang bentuknya berisi penyelesaian pemecahan masalah, namun masalah tersebut belum selesai dan kelar.
e. Resolusi
Ciri kelima resolusi yang sifatnya pemecahan masalah yang sudah berakhir secara tuntas.
f. Reorientasi
Terakhir, reorientasi yang bentuknya adalah pesan moral dan amanat cerita yang bisa dijadikan pelajaran untuk pembaca.
C. Penutup
Cerita fiksi adalah cerita yang bersifat rekaan dan imajinatif penulisnya saja serta tidak terjadi sungguhan.Melalui karya sastra, pengarang dapat mengungkapkan perasaan, ide, dan segala permasalahan hidup dan kehidupan manusia. Dalam menciptakan suatu karya sastra, pengarang mengungkapkan fenomena-fenomena kejiwaan melalui perilaku para tokoh. Macam-macam cerita fiksi yaitu novel, cerpen, roman, drama dan sinetron.
Daftar Pustaka
Ginasa, Ketut, dkk. 1995. Struktur Novel dan Cerpen Sastra Bali Modern. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Hamidy, Uu. 1983. Pembahasan Karya Fiksi dan Puisi. Pekanbaru: Bumi Pustaka.
Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadja Mada University Press.
Nurhayati. 2012. Apresiasi Prosa Fiksi. Surakarta: Cakrawala Media.
Komentar
Posting Komentar