Kegunaan Sastra
Nama : Nizoey Auzi’ni
NIM : 22016136
Mata Kuliah : Pengantar Pengkajian Kesusastraan
Dosen Pengampu : Dr. Abdurahman, M.Pd.
Perihal : Tugas 2 (Laporan Bacaan)
KEGUNAAN SASTRA
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Sastra memiliki fungsi sesuai sifatnya. Konsep dan fungsi sastra tidak banyak berubah. Karya sastra serta proses kreatif yang dimunculkan oleh pengarang, membuat apa yang ada dalam cerita terkadang dipandang sebagai cuarahan hati pengarang. Cara pengarang menghadirkan tokoh merupakan hal umum sebagai sarana pemikat pikiran pembaca dan sebagai pencapai tujuan cerita. Seperti yang dijelaskan oleh Wellek dan Warren (2013: 83), bahwa karya sastra memang bukanlah tiruan kehidupan, namun cerita yang hadir merupakan ide yang tercermin dari persoalan kehidupan dengan aktivitas imajinasi pengara. Sastra harus memiliki fungsi estetik dan fungsi seni. Fungsi seni tersebut harus dikaitkan pada konsep dulce maupun utile . Sebagai karya fiktif, karya sastra dapat diartikan sebagai sebuah sketsa tentang bagaimana masyarakat bergaul, beraktivitas, menghadapi masalah, melalui penggambaran yang ada dalam cerita. Pengarang dalam hal ini merupakan pemegang kekuasaan tertinggi, karena ialah yang mengatur seluruh kejadian dalam cerita. Salah satu kesuksesan pengarang dalam suatu karya dapat dilihat dengan bagaimana pengarang dapat membuat seorang penikmat karya turut merasakan luapan emosional, setelah membaca, melihat dan merasakan karyanya.
2. Rumusan Masalah
a. Fungsi sastra Indonesia
b. Peran sastra dalam pembentukan karakter bangsa
c. Penjabaran karya sastra bersifat menghibur dan bermanfaat dikaitkan dengan kondisi kontemporer
3. Tujuan
a. Untuk mengetahui fungsi dari sastra indonesia
b. Untuk mengetahui peran sastra dalam pembentukan karakter bangsa
c. Untuk mengetahui keterkaitan karya sastra yang bersifat menghibur dengan kondisi kontemporer
B. Pembahasan
1. Fungsi Sastra
Secara umum, sastra mempunyai dua manfaat atau fungsi utama sebagaimana dikemukakan oleh Horatius, yaitu dulce et utile (dalam bahasa Latin, sweet and useful). Dulce (sweet) berarti sangat menyenangkan atau kenikmatan, sedangkan utile (useful) berarti isinya bersifat mendidik (mikics, 2007:95). Bressler (1999:12) menyebut dua fungsi tersebut dengan istilah to teach ‘mengajar’ dan to entertain ‘menghibur’. Fungsi menghibur (dulce)artinya sastra memberikan kesenangan tersendiri dalam diri pembaca sehingga pembaca merasa tertarik membaca sastra. Fungsi mengajar (utile)artinya sastra memberikan nasihat dan penanaman etika sehingga pembaca dapat meneladani hal-hal positif dalam karya sastra. Dalam hal ini, sastra memampukan manusia menjadi lebih manusia: mengenal diri, sesama, lingkungan, dan berbagai permasalahan kehidupan (Sarumpaet, 2010:1).
Sebuah karya sastra yang baik minimalnya mampu menghadirkan dua fungsi utama tadi. Artinya, sebuah karya sastra dapat dikatakan bernilai sastra tinggi jika karya itu mampu memberikan hiburan kepada pembaca, serta mampu memberikan pengajaran positif bagi pembacanya. Karya sastra yang hanya mampu memberikan hiburan tanpa ada manfaat akan terasa gersang. Demikian pula karya sastra yang hanya mampu memberikan manfaat dan tidak mampu memberikan hiburan bagi pembaca akan terasa hambar. Oleh sebab itu, sastra dapat dikatakan sebagai media hiburan yang mengajar, dan media pengajaran yang menghibur.
Dari dua fungsi utama sastra seperti disebutkan di atas, dapat diturunkan beberapa fungsi sastra sebagai berikut.
a. Fungsi Estetis
Fungsi estetis adalah fungsi keindahan dari dalam karya sastra yang ditampilkan melalui penggunaan bahasa-bahasa yang indah dan memikat.
b. Fungsi Etis
Fungsi etis adalah fungsi etika atau moral yang diberikan sastra melalui nasihat atau amanat yang terkandung di dalamnya.
c. Fungsi Didaktis
Fungsi didaktis adalah fungsi pendidikan atau pengajaran dalam karya sastra yang dapat diperoleh pembaca setelah membaca karya sastra.
d. Fungsi Reflektif
Fungsi reflektif adalah fungsi gambaran kehidupan dalam karya sastra yang selalu mencerminkan realitas sosial-budaya kapan dan di mana sastra itu diciptakan. Dengan membaca karya sastra, pembaca dapat mengetahui tradisi, kebiasaan, gambaran alam, situasi, sejarah, dan bahkan pola pikir masyarakat di dalam sebuah karya sastra.
e. Fungsi Rekreatif
Fungsi rekreatif adalah fungsi hiburan yang diberikan oleh sastra melalui cerita, puisi, maupun dialog drama. Banyak pembaca yang merasa senang membaca sastra karena terhibur dengan dunia baru yang dibangun oleh sastrawan dalam karyanya. Dalam hal ini, sastra banyak dijadikan sebagai bacaan pengisi waktu, media luapan perasaan, serta wahana hiburan refleksi diri.
2. Peran Sastra Dalam Pembentukan Karakter Bangsa
Sastra dapat dilihat dari berbagai aspek. Dari aspek isi, jelas bahwa karya sastra sebagai karya imajinatif tidak lepas dari realitas. Karya sastra merupakan cermin zaman. Berbagai hal yang terjadi pada suatu waktu, baik positif maupun negatif direspon oleh pengarang. Dalam proses penciptaannya, pengarang akan melihat fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat itu secara kritis, kemudian mereka mengungkapkannya dalam bentuk yang imajinatif.
Fungsi sastra adalah dulce et utile, artinya indah dan bermanfaat. Dari aspek gubahan, sastra disusun dalam bentuk, yang apik dan menarik sehingga membuat orang senang membaca, mendengar, melihat, dan menikmatinya. Sementara itu, dari aspek isi ternyata karya sastra sangat bermanfaat. Di dalamnya terdapat nilai-nilai pendidikan moral yang berguna untuk menanamkan pendidikan karakter.
Pembelajaran sastra diarahkan pada tumbuhnya sikap apresiatif terhadap karya sastra, yaitu sikap menghargai karya sastra. Dalam pembelajaran sastra ditanamkan tentang pengetahuan karya sastra (kognitif), ditumbuhkan kecintaan terhadap karya sastra (afektif) , dan dilatih keterampilan menghasilkan karya sastra (psikomotor). Kegiatan apresiatif sastra dilakukan melalui kegiatan (1) reseptif seperti membaca dan mendengarkan karya sastra, menonton pementasan karya sastra, (2) produktif, seperti mengarang, bercerita, dan mementaskan karya sastra, (3) dokumentatif, misalnya mengumpulkan puisi, cerpen, membuat kliping tentang infomasi kegiatan sastra.
Pada kegiatan apresiasi sastra pikiran, perasaan, dan kemampuan motorik dilatih dan dikembangkan. Melalui kegiatan semacam itu pikiran menjadi kritis, perasaan menjadi peka dan halus, memampuan motorik terlatih. Semua itu merupakan modal dasar yang sangat berarti dalam pengembangan pendidikan karakter.
Ketika seseorang membaca, mendengarkan, atau menonton pikiran dan perasaan diasah. Mereka harus memahami karya karya sastra secara kritis dan komprehensif, menangkap tema dan amanat yang terdapat di dalamnya dan memanfaatkannya. Bersamaan dengan kerja pikiran itu, kepekaan perasaan diasah sehingga condong pada tokoh protogonis dengan karakternya yang baik dan menolak tokoh antagonis yang berkarakter jahat.
Ketika seseorang menciptakan karya sastra, pikiran kritisnya dikembangkan, imajinasinya dituntun ke arah yang positif sebab ia sadar karya sastra harus indah dan bermanfaat. Penulis akan menuangkan imajinasinya sesuai dengan kaidah genre sastra yang dipilihnya. Ia akan memilih diksi, menyusun dalam bentuk kalimat, menggunakan gaya bahasa yang tepat, dan sebagainya. Sementara itu, pada benak pengarang terbersit keinginan untuk menyampaikan amanat, menanamkan nilai-nilai moral, baik melalui karakter tokoh, perilaku tokoh, ataupun dialog. Dalam penulisan karya sastra orisinalitas sangat diutamakan. Pengarang berusaha akan berusaha menghindari penjiplakan apalagi plariarisme. Dengan demikian, nilai-nilai kejujuran sangat dihargai dalam karang- mengarang.
Dokumentasi sebagai bagian dari kegiatan apresiasi sastra sangat besar sumbangannya terhadap pendidikan karakter. Tidak semua siswa ternyata mampu dan mau mendokumentasikan karyanya dan mengkliping karya orang lain. Pembuatan dokumentasi dan kliping memerlukan ketekuman dan kecermatan. Mereka harus banyak membaca, kemudian memilih bacaan yang pantas didokumentaikan dan dikliping. Pembuat dokumentasi dan kliping pada umumnya adalah manusia-manusia yang berpikir masa depan.
3. Karya Sastra yang Bersifat Menghibur dan Bermanfaat Serta Kaitannya Dengan Kondisi Kontemporer
Budi Darma (2004:4-7) dengan jelas membedakan dua genre sastra, sastra serius dan sastra hiburan. Sastra serius adalah genre sastra untuk dibaca atau sastra yang cenderung menginspirasi pembaca untuk membaca atau menafsirkan makna sebuah karya sastra. Sastra hiburan adalah sastra yang melepaskan kebosanan, dari kehidupan sehari-hari, dari masalah-masalah yang pelik. Menurut Budi Darma, sastra hiburan bersifat menghibur sehingga digemari pembaca. Karena popularitasnya, sastra hiburan juga dikenal sebagai sastra populer, sastra populer. Lebih lanjut Budi Darma (2004:6) menjelaskan bahwa salah satu ciri sastra hiburan adalah tokoh-tokohnya yang tampan, kaya, disukai, dikagumi dan mampu menyelesaikan berbagai masalah dengan mudah. Pembaca diprovokasi untuk mengidentifikasi diri mereka sendiri seolah-olah mereka adalah karakter itu sendiri. Dengan masuk ke literatur hiburan, pembaca merasa mereka semua hebat. Oleh karena itu, apa yang diprovokasi oleh literatur hiburan hanyalah mimpi yang mustahil. Pembaca tidak terpesona oleh masalah kehidupan yang sebenarnya, tetapi oleh fantasi.
Hiburan yang disediakan sastra berbeda dengan hiburan massal yang modelnya dikemas dalam bisnis pertunjukan dan teknologi canggih seperti permainan sulap, sulap, musik, dan akrobat. Sastra memberikan hiburan yang berisi permainan batin yang seru. Karya sastra juga dapat dipentaskan sebagai hiburan, seperti musikalisasi puisi, dramatisasi puisi, membaca cerpen, atau cuplikan pementasan novel atau cerita rakyat, bahkan karya sastra dapat ditransformasikan menjadi sinetron atau film. Namun sastra yang dipadukan dengan seni lain, seperti penambahan musik, tata cahaya, tata busana, pementasan, dan pementasan, seharusnya mengganggu hiburannya dan penyampaian makna yang bermanfaat bagi kehidupan. Bahkan dalam kombinasi dengan berbagai seni lainnya, sastra yang memberikan mentalitas menghibur yang bermain di pikiran atau jiwa kita harus tetap hidup.
Sastra sebenarnya menyediakan segala jenis hiburan. Jenis atau genre hiburan yang ada dalam sebuah karya sastra juga sangat bergantung pada kepekaan dan ketajaman intuisi pembaca. Pembaca yang intuitif dan perseptif yang mampu menangkap apa yang menarik dalam karya sastra. Ketika seseorang membaca dan memahami sastra, ia menemukan beberapa gejala yang menarik. Misalnya, sebagian besar masyarakat tradisional di pedesaan memperlakukan sastra (cerita lisan, dongeng, legenda, mitos, epos, fabel, penghiburan, syair jenaka, dan drama rakyat) sebagai hiburan. Artinya sastra dapat menyenangkan atau menenangkan hati orang-orang yang gundah, terganggu, terganggu dan kecewa. Dengan mendengarkan dan menyaksikan pertunjukan sastra lisan, mereka akan mendapatkan pengalihan, yaitu kebahagiaan batin, sehingga untuk sementara menghilangkan penat, penat, penat, kesedihan, dan lekas marah setelah kembali bekerja di kebun atau memancing. Hal ini sejalan dengan situasi masyarakat pedesaan tradisional yang jauh dari peradaban dunia modern.
C. Penutup
Kesimpulan
Secara umum, sastra mempunyai dua manfaat atau fungsi utama sebagaimana dikemukakan oleh Horatius, yaitu dulce et utile (dalam bahasa Latin, sweet and useful). Dulce (sweet) berarti sangat menyenangkan atau kenikmatan, sedangkan utile (useful) berarti isinya bersifat mendidik (mikics, 2007:95). Dari dua fungsi utama sastra tersebut, dapat diturunkan beberapa fungsi sastra sebagai berikut: a) Fungsi Estetis, b) Fungsi Etis, c) Fungsi Didaktis, d) Fungsi Reflektif, e) Fungsi Rekreatif.
Sastra dapat dilihat dari berbagai aspek. Dari aspek isi, jelas bahwa karya sastra sebagai karya imajinatif tidak lepas dari realitas. Karya sastra merupakan cermin zaman. Berbagai hal yang terjadi pada suatu waktu, baik positif maupun negatif direspon oleh pengarang. Dalam proses penciptaannya, pengarang akan melihat fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat itu secara kritis, kemudian mereka mengungkapkannya dalam bentuk yang imajinatif. Menurut Budi Darma, sastra hiburan bersifat menghibur sehingga digemari pembaca. Karena popularitasnya, sastra hiburan juga dikenal sebagai sastra populer, sastra populer.
Referensi:
Damono, Sapardi Djoko. 1999. Politik Ideologi dan Sastra Hibrida. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Darma, Budi. 2004. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.
Effendi, S. 1982. Bimbingan Apresiasi Puisi. Jakarta: Tangga Mustika Alam.
Huizinga, Johan. 1990. Homo Ludens. Jakarta: LP3ES.
Saryono, Djoko. 2009. Dasar Apresiasi Sastra. Yogyakarta: Elmatera Publishing.
Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan. Terjemahan Melani Budianta. Jakarta: Gramedia.
Komentar
Posting Komentar