Kaidah Sastra serta Teks dan Penggunaan Bahasa
Nama : Nizoey Auzi’ni
NIM : 22016136
Mata Kuliah : Pengantar Pengkajian Kesusastraan
Dosen Pengampu : Dr. Abdurahman, M.Pd.
Perihal : Tugas 3 (Laporan Bacaan)
Kaidah Sastra serta Teks dan Penggunaan Bahasa
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan, dalam suatu bentuk gambaran kongkrit, yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa (Sumardjo dan Saini, 1991: 3).Karya sastra sebagai salah satu karya seni, adalah karya yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan batiniah atau kepuasan batiniah dengan unsur keindahan yang ada didalamnya. Karya sastra adalah karya yang biasanya dituangkan dalam bahasa yang indah dan tertata, bisa berupa puisi, prosa, drama, dan lainnya.
2. Rumusan Masalah
1. Kaidah Sastra
a. Bahan Baku Teks Sastra
b. Perkembangan Definisi Teks Sastra
c. Bahasa Sastra vs Bahasa Keseharian
d. Bahasa Sastra vs Bahasa Ilmiah
e. Karakteristik Bahan Baku Teks Sastra
2. Teks dan Penggunaan Bahasa
a. Hakikat Teks sebagai Ilmu (tekstologi)
b. Ciri Khas Suatu Teks
c. Jenis-jenis Teks dalam Kaidah Tekstologi
d. Kaidah Teks Sastra dalam Kajian Tekstologi
B. Pembahasan
1. Kaidah Sastra
Waluyo, (1994: 56-58) mengatakan bahwa kaidah sastra atau daya tarik sastra terdapat pada unsur-unsur karya sastra tersebut. Pada karya cerita fiksi, daya tariknya terletak pada unsur ceritanya yakni cerita atau kisah dari tokoh-tokoh yang diceritakan sepanjang cerita.Selain itu, faktor bahasa juga memegang peranan penting dalam menciptakan daya pikat. Kemudian gayanya dan hal-hal yang khas yang dapat menyebabkan karya itu memikat pembaca.Khusus pada cerita fiksi, ada empat hal lagi yang membantu menciptakan daya tarik suatu cerita rekaan, yaitu: (1) kreativitas; (2) tegangan (suspense); (3) konflik; dan (4) jarak estetika.
Kreativitas
Kreativitas dapat menjadikan seorang penulis mampu memunculkan ide-ide baru dan mengolah ide itu sehingga menjadi ide yang matang dan utuh.Banyak yang mengira bahwa kreativitas itu banyak ditentukan oleh bakat dan kemampuan bawaan. Ini tidak sepenuhnya benar, karena kreativitas ditentukan oleh perpaduan unsur-unsur seperti kemampuan berpikir kritis, kepekaan emosi, bakat dan dayaimajinasi.Dengan berpikir kritis orang tidak mudah merasa puas dengan apa yang telah ada.Kepekaan emosi menjadikan penyair dapat merasakan sesuatu yang terjadi di sekitarnya.Tahapan kreativitas terdiri atas beberapa tahap, antara lain: pemunculan ide, pengembangan ide,dan penyempurnaan ide.Kunci utama yang harus disiapkan oleh penulis adalah ide (Kinoysan, 2007).
Tegangan
Jalinan cerita yang menimbulkan rasa ingin tahu yang besar dari pembaca merupakan tegangan cerita. Tegangan bermula dari ketidakpastian cerita yang berlanjut, yang mendebarkan bagi pembaca atau pendengar cerita. Tegangan menopang keingintahuan pembaca akan kelanjutan cerita. Tegangan diakibatkan oleh kemahiran pencerita di dalam merangkai kisah.Tanpa tegangan, cerita tidak memikat. Penulis atau pencerita yang mahir akan memelihara tegangan itu, sehingga mampu mempermainkan hasrat ingin tahu pembaca.
Konflik
Konflik yang dibangun dalam cerita harus kuat, sehingga pembaca tidak dapat atau susah menebak kelanjutan jalan ceritanya. Konflik kuat berkaitan dengan masalah kehidupan manusia atau tokoh dalam cerita.
Jarak estetika
Dalam sebuah cerita fiksi pengarang memiliki jarak estetika yang cukup pekat dengan cerita dan tokoh-tokoh cerita itu. Seolah-olah pengarang menguasai benar- benar dunia dari tokohitu, sehingga pengarang benar-benar ikut terlibat dalam diri tokoh dan ceritanya. Sehingga pembaca lebih yakin akan hadirnya cerita dan tokoh itu, seakan-akan cerita fiksi itu bukan hanya tiruan dari kenyataan itu, namun adalah kenyataan sendiri.
a. Bahan Baku Teks Sastra
Bahan baku karya sastra adalah Bahasa, sastrawan mengolah bahasa agar menjadi indah dan bernilai seni. Sebab, keindahan itulah yang menyebabkan karya sastra disebut karya seni, yaitu seni seni sastra. Cara sastrawan menggunakan bahasa untuk menulis karya sastra berbeda dengan cara penulis lain untuk menghasilkan karya ilmiah. Penulisan karya ilmiah bertujuan menyampaikan gagasan kepada pembaca, karena itu, kata-kata yang dipilih dalam rakitan kalimatnya dibuat sedemikan rupa agar pembaca karya ilmiah dapat cepat menangkap dan memahami gagasan penulis. Lain halnya dengan sastrawan . Sastrawan menulis bukan hanya untuk menyampaikan gagasan kepada pembaca, melaikan juga menyampaikan perasaannya kepada pembaca.
b. Perkembangan Defenisi Teks Sastra
Berbagai macam perbedaan yang terjadi dalam menentukan definisi karya sastra disebabkan oleh perbedaan cara pandang dan beragamnya jenis karya sastra. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Aminuddin (dalam Siswanto, 2008: 68) yang menyatakan bahwa perbedaan yang terjadi dalam menentukan definisi karya sastra selain disebabkan oleh beragamnya jenis dan bentuk karya sastra perbedaan pengertian itu juga disebabkan oleh perbedaan sudut pandang.Beberapa definisi karya sastra memang muncul kepermukaan karena banyaknya para ahli di bidang sastra yang memberikan pandangan tentang definisi karya sastra. Namun dari beberapa definisi karya sastra tersebut semua ahli bersepakat bahwa karya sastra adalah hasil seorang penulis setelah mengamati lingkungan sekitar. Jadi keberadaan sebuah karya sastra tidak bisa dilepaskan dari latar belakang sosial budaya yang mengiringi kelahirannya. Karya sastra lahir dari sebuah renungan seorang sastrawan yang ingin mengungkapkan apa yang dipikirnya tentang pandangan dunia ideal. Karya sastra akan berisi pandangan seorang pengarang yang diilhami oleh imajinasi dan realitas budaya pengarang. Posisi karya sastra sebagai dokumen juga diungkapkan oleh Junus (dalam Siswanto, 2008: 192) yang menyatakan bahwa karya sastra dilihat sebagai dokumen sosial budaya hal ini didasarkan pandangan bahwa karya sastra mencatat kenyataan sosial budaya suatu masyarakat pada suatu masa tertentu penciptaan karya sastra tidak dapat dipisahkan dengan proses imajinasi pengarang dalam melakukan proses kreatifnya.
c. Bahasa Sastra vs Bahasa Keseharian
Bahasa sastra menggunakan bahasa kedua, sedangkan bahasa keseharian menggunakan bahasa pertama. Karena bahasa sastra adalah bahasa yang digunakan oleh para sastrawan untuk membuat beberapa buku, menggunakan bahasa baku, dan pemilihan beberapa kata dan kalimat. Sedangkan bahasa keseharian menggunakan bahasa yang tidak menggunakan bahasa baku atau bahasa percakapan yang sering dilakukan oleh orang lain atau masyarakat.
d. Bahasa Sastra vs Bahasa Ilmiah
Perbedaan bahasa sastra dan non sastra yaitu pengolahan bahasanya. Karya sastra mengolah bahasa sedemikian rupa (bersifat imajinatif atau subjektif) sehingga dapat memancarkan efek estetika yang dapat memikat para pembaca. Tidak ada aturan yang mengikat penggunaan bahasa sastra. Lain hal dengan bahasa non sastra yang menggunakan bahasa formal atau bahasa baku (bersifat nyata atau subjektif) dan terikat oleh aturan.
e. Karakteristik Bahan Baku Teks Sastra
Bahasa sastra memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) bahasa sastra lebih dominan menggunakan perasaan daripada pikiran; (2) bahasa sastra lebih menunjuk pada makna konotatif; (3) bahasa sastra merupakan hasil kerja imajinatif; (4) bahasa ditandai dengan pengucapan yang menyimpang; dan (5) bahasa sastra menggunakan unsure tertentu untuk mencapai keindahan.
2. Teks dan Penggunaan Bahasa
a. Hakikat Teks sebagai Ilmu (Tekstologi)
Pengertian Tekstologi Secara Umum
Dari segi bahasa, tekstologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang teks. Lalu, jika dikaji lebih luas lagi, tekstologi tidak hanya mempelajari tentang teks saja, tapi juga seluk beluk tentang bahasa meliputi sejarah teks dalam sebuah karya sastra.
Pengertian Tekstologi Menurut Para Ahli
Dalam teori lain, Prof. Oman pernah mengemukakan jika tekstologi itu hampir sama dengan filologi. Yang mana, kedua ilmu tersebut mempelajari bagaimana sejarah serta proses terjadinya teks sehingga muncul dalam bentuk tulisan. Kendati terkesan sama, namun hakikatnya kedua ilmu tersebut memiliki perbedaan.. Hal ini dapat dilihat dari cakupan ilmu masing-masing. Di mana, tekstologi lebih mempelajari proses terjadinya teks serta silsilah penurunannya dalam sebuah karya yang berupa tulisan.
Salah satu tokoh literasi yang bernama De Haan (dalam Baried, 1994:58) mengemukakan bahwa teks bisa terjadi akibat beberapa kemungkinan, diantaranya:
• Aslinya teks itu hanya ada dalam ingatan pengarang atau pembawa cerita, atau tukang cerita. Setiap terjadi penurunan teks maka akan terjadi variasi teks.
• Aslinya berupa teks tertulis yang masih memungknkan berubahan, atau karena memerlukan kebebasan seni.
• Aslinya merupakan teks yang tidak mengizinkan kebebasan dalam pembawaanya.
Sedangkan menurut Lichacev dalam Undang. A Darsa:2015 mengemukakan bahwa tekstologi adalah ilmu yang mempelajari tentang seluk-beluk teks, meliputi penjelmaan dan penurunan teks dalam sebuah naskah, penafsiran, serta pemahamannya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa arti dari tekstologi adalah ilmu yang mempelajari tentang teks secara mendalam pada karya sastra, meliputi sejarah terjadinya teks, proses terjadinya teks, serta bagaimana pelafalan itu menjadi sebuah teks yang bisa tersusun rapi menjadi naskah atau bacaan.
b. Ciri Khas Suatu Teks
• Isinya dapat menggambarkan akan manusia dengan berbagai bentuk permasalahannya.
• Terdapat tatanan bahasa yang baik dan indah.
• Cara penyajiannya dapat memberi kesan yang menarik bagi pembaca.
• Sastra memberikan hiburan. dalam lubuk hati manusia terpatri kecintaan dan keindahan. Manusia adalah makhluk yang suka keindahan. Karya sastra adalah apresiasi keindahan itu. Karena itu,karya sastra yang baik selalu menyenangkan pembaca.
• Sastra menunjukkan kebenaran hidup. Dalam karya sastra terungkap berbagai pengalaman hidup manusia, yang baik, yang jahat, yang benar, maupun yang salah. Karena itu manusia lain dapat memetik pelajaran yang baik dari pelajaran yang baik dari karya sastra.
• Sastra melampaui batas bangsa dan zaman. Nilai-nilai kebenaran, ide, atau gagasan dalam karya sastra yang baik bersifat universal, sehingga dapat dinikmati oleh bangsa manapun.
c. Jenis - Jenis Teks dalam Kaidah Tekstologi
1. teks lisan (tidak tertulis)
Teks yang bersumber dari cerita-cerita rakyat yang diturunkan secara turun-temurun dari generasi ke generasi melalui tradisi mendorong.
2. teks naskah tulisan tangan
Teks naskah tulisan tangan merupakan kelanjutan dari tradisi mendongeng, cerita-cerita rakyat yang pernah diturunkan disalin ke dalam sebuah tulisan dengan alat dan bahan yang sangat sederhana, serta menggunakan aksara dan bahasa daerahnya masing-masing.
3. teks cetakan (Baried, 1985:56)
Setelah ditemukannya mesin cetak dan kertas oleh bangsa Cina maka perkembangan teks pun menjadi lebih maju, pada masa ini orang tidak harus susah-susah menyalin sebuah teks, tetapi teks-teks sangat mudah diperbanyak dengan waktu yang tidak lama maka lahirlah teks-teks cetakan.
d. Kaidah Teks Sastra dalam Kajian Tekstologi
Baried (1985:57), menyebutkan ada sepuluh prinsip Lichacev yang dapat dijadikan sebagai pegangan untuk penelitian tekstologi yang pernah diterapkan terhadap karya-karya monumental sastra lama Rusia. Kesepuluh prinsip tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tekstologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki sejarah teks suatu karya. Salah satu di antara penerapannya yang praktis adalah edisi ilmiah teks yang bersangkutan 2. Penelitian teks harus didahulukan dari penyuntingannya 3. Edisi teks harus menggambarkan sejarahnya
4. Tidak ada kenyataan tekstologi tanpa penjelasannya
5. Secara metodis perubahan yang diadakan secara sadar dalam sebuah teks (perubahan ideology, artistic, psikologis, dan lain-lain) harus didahulukan daripada perubahan mekanis, misalnya kekeliruan tidak sadar oleh seorang penyalin.
;6. Teks harus diteliti sebagai keseluruhan (prinsip kekompleksan pada penelitian teks) 7. Bahan-bahan yang mengiringi sebuah teks (dalam naskah) harus diikutsertakan dalam penelitian 8. Perlu diteliti pemantulan sejarah teks sebuah karya dalam teks-teks dan monumen sastra lain
C. Penutup
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kaidah adalah rumusan asas yang menjadi hukum; aturan yang sudah pasti;patokan; dalil. Menurut Walluyo, kaidah sastra adalah terletak pada unsur-unsur karya sastra tersebut. Bahasa dan sastra memiliki hubungan yang erat. Kekuatan sastra berada pada kekuatan dan cara pengarang menggunakan bahasa. Melalui bahasa, seorang pengarang akan mampu merangkai kata yang mengandung gagasan-gagasan untuk disampaikan kepada pembaca.
Referensi
Barginsky,Insis. 1998. Yang Indah Berfaedah dan Kamal: Sejarah Sastra Melayu abad 7-19. Jakarta: Insis.
Esten, Mursal. 1978. Kesusastraan : Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung : Angkasa.
Fananie, Z. 2000. Telaah Sastra . Yogyakarta : Muhammadiyah University Luxemburg.
Jan Van, dkk.1984. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta : PT.
Sugiharto Bambang. 2006. Postmodernisme. Yogyakarta: Kanisius.
Teeuw, A. 1989. Sastra Indonesia Modern II. Jakarta:Pustaka Jaya.
Teeuw, A. 1984. Sastera dan Ilmu Sastera, Jakarta:PT. Dunia Pustka Jaya.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 2014. Teori Kesusastraan. Di Indonesiakan oleh Melani Budianta. Jakarta.
Komentar
Posting Komentar